KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN
JASMANI DAN OLAHRAGA
OLEH : GATOT JARIONO
MAHASISWA PPs. UNJ
PROGRAM DOKTORAL (S3) PENDIDIKAN OLAHRAGA
(Karya sederhana ini semoga bermanfaat bagi pemerhati pendidikan
khususnya dalam bidang Pendidikan Jasmani dan Olahraga)
Kata Kunci à definisi
istilah Manajemen Pendidikan à Makna pendidikan jasmani à tujuan pendidikan jasmani dan
olahraga
A. Pendahuluan
Pendidikan jasmani dan olaraga merupakan bagian tak
terpisahkan dari pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan
berkembang moral dan akhlaknya serta berpikir positif secara wajar sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya.
Menurut Husdarta (2009),
bahwa pencapaian tujuan tersebut berpangkal pada perencanaan pengalaman gerak
yang sesuai dengan karakteristik anak.
Apakah peranan pendidikan jasmani dan olahraga dalam mempersiapkan
para pewaris bangsa ini untuk mampu bersaing secara sehat dalam
persaingan global sekarang ini dan yang akan datang? Apa pula peranan
pendidikan jasmani dan olahraga dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya
evolusi kehidupan manusia yangcenderung tidak lagi memerlukan perangkat fisik yang utuh untuk
menjalankan tugasnya sehari-hari? Pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut, serta penawaran satu
alternatif dalam memandang peranan dan fungsi Pendidikan jasmani dan olahraga yang
seharusnya dilaksanakan di sekolah-sekolah dasar dan menengah di Indoensia lebih
diseriusi dan ditingkatkan.
Istilah pendidikan jasmani yang
telah dikenal pada tahun 1950-an di Indonesia, cukup lama menghilang dari
wacana, terutama sejak tahun 1960-an, tatkala istilah itu diganti dengan
istilah olahraga. Dampak dari perubahan tersebut sangat luas dan mendalam,
terutama terhadap struktur dan isi kurikulum di semua jenjang pendidikan
sekolah. Kesalahpahaman juga terjadi terhadap makna kedua istilah itu, karena
hamper selalu hanya dikaitkan dengan kepentingan pembinaan fisik, seperti
tujuan berprestasi atau sebatas pencapaian derajat kebugaran jasmani.
Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah
proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu,
baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Penjasor memperlakukan
anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total,
dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kual itas
fisik dan mentaInya.
Dalam konsep dasar manajemen pendidikan jasmani dan olahraga, akan di
pahami bersama tentang beberapa pengertian istilah, makna pendidikan
jasmani dan olahraga, tujuan pendidikan jasmani dan olahraga. Agar tidak terjadi tumpang
tindih dalam penulisan karya yang sangat sederhana ini maka penulis akan
membatasi dan membahas istilah penulisan yang terkait dengan konsep dasar
manajemen pendidikan jasmani dan olahraga antara lain: (A) definisi istilah
sebagai berikut 1) definisi manajemen, 2) definisi pendidikan, 3) definisi
manajemen pendidikan, 4) definisi pendidikan jasmani dan olahraga 5) definisi
manajemen pendidikan jasmani dan olahraga. (B) Makna pendidikan jasmani dan olahraga
antara lain 1) kedudukan pendidikan jasmani dan olahraga, 2) gerak sebagai
pokok pendidikan jasmani dan olahraga, 3) gerak sebagai kebutuhan anak, dan (C)
tujuan pendidikan jasmani dan olahraga yang secara bersama akan diuraikan
berikut ini:
B. Definisi Istilah
1. Arti Manajemen
Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal
kata manus yang berarti
tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata ini digabung
menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke
dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan
kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen
atau pengelolaan.
Panggabean (2004) mengemukakan bahwa:
“manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari atas fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pemimpin, dan pengendalian kegiatan sumber daya
manusia Dinas Pemuda dan Olahraga Sulawesi Selatan dan sumber daya lainnya
untuk mencapai tujuan secara efesien”. Selanjutnya Hasibuan (2006) mengemukakan bahwa: “manajemen
sebagai suatu usaha memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia yang berpotensi
dalam pencapaian tujuan”. Sumber-sumber tersebut berupa orang (man), uang (money), material (material),
peralatan (machine), metode (method), waktu (time) dan prasarana lainnya.
Istilah
manajemen telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang berbeda,
misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan,
pemimpin, ketata pengurusan, administrasi dan sebagainya. Jadi manajemen dalam
hal ini diartikan sebagai suatu kegiatan pengadministrasian, ketatalaksanaan,
kepemimpinan, dan pengurusan (Siswanto, 2006:1).
Perkembangan ilmu manajemen yang pesat
sesuai dengan akumulasi dan perkembangan jaman, memunculkan pendapat yang
beragam tentang fungsi manajemen. Salah satu pendapat adalah yang dikemukakan
oleh Terry (2003:8) bahwa fungsi manajemen tersebut dikenal dengan singkatan
POAC yaitu: (1) perencanaan (Planning), (2) pengorganisasian (Organizing),
(3) penggerakan (Actuating), (4) pengawasan (Controlling).
Perencanaan merupakan dasar dari
pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya dalam suatu organisasi, sehingga
perencanaan ditempatkan sebagai fungsi pertama. Perencanaan dapat disusun
dengan mempertimbangkan hasil penelitian, observasi atau dengan argumentasi.
Perencanaan merupakan penjabaran dari strategi awal organisasi. Untuk
melaksanakan perencanaan dengan baik diperlukan adanya suatu organisasi yang
cocok. Sehingga kemudian muncul fungsi yang kedua yaitu fungsi
pengorganisasian. Dalam fungsi pengorganisasian perlu ditelaah tentang kegiatan
yang dilakukan, hakekat organisasi, proses interaksi, prinsip organisasi dan
tipe organisasi yang akan dijalankan.
Dengan terbentuknya suatu organisasi,
dibutuhkan adanya usaha untuk menggerakkan organisasi tersebut. Dalam proses
penggerakkan tersebut perlu dicermati pula proses intraksi antar manusia.
Sehingga perlu adanya tatanan menyangkut manusia, pendekatan, potensi, perilaku
serta segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas organisasi.
Setelah ketiga fungsi tersebut
berjalan, yang terakhir muncul adalah perlu adanya suatu pengawasan terhadap
jalannya proses-proses sebelumnya. Pada hakekatnya pengawasan mencakup
penilaian adanya kemajuan atau tidak,
perlunya penyegaran atau tidak. Sehingga pengawasan harus mampu menjadi suatu upaya
dalam meluruskan roda organisasi agar tidak terjadi penyimpangan dalam
organisasi tersebut. Pengawasan juga dapat dijadikan sebagai langkah pengawasan dan evaluasi aktivitas organisasi
menyangkut proses perencanaan, pengorganisasian maupun tahapan pelurusan sesuai
dengan visi dan misi yang diemban.
Manajemen menurut Parker Follet (1997), adalah seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain (management is the art of getting things
done through people). Menurut Hasibuan (2001) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber
daya
manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Meskipun banyak definisi manajemen yang telah diungkapkan
para ahli sesuai pandangan dan pendekatannya masing-masing, namun tidak satu pun yang
mernuaskan. Walaupun demikian, esensi manajemen dapat dipandang, baik sebagai proses (fungsi)
maupun sebagai tugas (task). Olehnya manajemen sebagaimana dikemukakan Nickels and McHugh dalam Sule dan
Saefullah (2005), bahwa manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian orangorang
serta sumber daya organisasi lainnya.
Berdasarkan
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam
menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. Dalam penyelesaian akan sesuatu tersebut terdapat tiga faktor yang
terl i bat; (1) Adanya penggunaan sumberdaya organisasi, baik sumberdaya manusia,
maupun faktor-faktor produksi lainnya.
Atau menurut Griffin (2002), sumber daya tersebut meliputi sumberdaya manusia, sumberdayaalam,
sumberdaya keuangan, serta
informasi, (2) Adanya proses yang
bertahap dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengimplementasian,
hingga pengendalian dan pengawasan, (3) Adanya seni dalam menyelesaian pekerjan.
2. Arti Pendidikan
Seperti halnya manajemen, pengertian pendidikan pun sejauh
ini belum ada
keseragaman formulasi yang dapat dipakai sebagai pegangan karena masing-masingahli
mengemukakan pengertian yangagak berbeda satu
dengan yang lainnya, tergantung dari konsepsi pendekatannya masing‑masing.
Pendidikan merupakan suatu proses
untuk membentuk generasi penerus bangsa, pendidikan dilakukan saat hayat masih
dikandung badan dan pendidikan sangat penting bagi kehidupan kita sebagai
makhluk sosial yang diberi kemampuan oleh Allah SWT berupa akal pikiran untuk
berpikir dan menerima pelajaran. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pendidikan
hendaknya pendidik dapat mengetahui apa saja kesulitan dari tiap-tiap aspek
materi yang akan diberikan sehingga dapat segera diketahui bagaimana cara
menanggulangi.
Pendidikan ada sejak pertama manusia
mengenal komunikasi, sebab pendidikan tak mungkin bisa dilakukan tanpa adanya
komunikasi, baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Hal ini bisa
dipahami sebab sejak semula, pendidikan beriringan dengan kepercayaan.
Kepercayaan terhadap sifat-sifat hakiki kemanusiaan sendiri, dan kepercayaan
terhadap ada atau tidak adanya daya ruhaniah yang lebih besar dibanding
kekuatan manusia, yang memayungi jagat seisinya. Kepercayaan atas sebuah
kebenaran yang disampaikan ke orang lain inilah yang melahirkan adanya
pendidikan.
Pendidikan
pada masa Sophistic di Yunani dilakukan oleh para guru yang
selalu berkeliling mengajar ditempat-tempat umum yang dipanggil dengan nama Sofis.
Dalam bahasa Yunani ada kata sophisma yang berarti akal cerdik,
ketrampilan berargumen dengan konotasi licik
yang dipakai di dalam perdebatan atau pengajaran dengan satu tujuan yaitu agar
keluar sebagai seorang pemenang. Kaum Sofis ini berpendapat bahwa pendidikan
yang diperlukan adalah retorika, tata bahasa, logika, hukum, matematika,
sastra, dan politik yang di dalam prakteknya kaum Sofis ini terjebak
ke dalam permainan lambang dan simbol semata dalam bentuk permainan kata, ber-silat-lidah,
menyusun argumentasi yang bersifat manipulatif melalui pemutar-balikan fakta,
memanipulasi lambang dan makna yang disampaikan pada para pendengarnya, yang
menurut Yasraf A. Piliang mereka terjebak di dalam dunia citra (image), dunia
lambang yang berbeda dari realitas yang ada, berbeda dari kebenaran itu
sendiri. Sehingga kebebasan yang diharapkan ada di dalam proses pendidikan
secara tidak langsung sudah mengalami apa yang disebut oleh Pierre Bourdieu
sebagai kekerasan simbolik yaitu kekerasan yang
halus dan tak tampak, baik dari sisi struktrur bahasa maupun ditingkat semantik
yang mengakibatkan di dalam proses pendidikan kaum Sofis yang ada sebenarnya
adalah kebebasan semu.
Socrates
menganggap bahwa pendidikan yang tidak mengajarkan pada murid untuk mencari
kebenaran atau mengajarkan kebenaran tidaklah termasuk pendidikan dalam arti
yang sebenarnya. Untuk mencapai kebenaran melalui pendidikan itulah,
Socrates menggunakan metoda dialektika yang membebaskan murid untuk berpikir
sendiri tanpa terpengaruh oleh gagasan gurunya.
Ilmu
pendidikan disebut pedagogik yang merupakan terjemahan dari Bahasa
Inggris yaitu "pedagogics". Pedagogics sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu "pais"yangartinya anak dan "again" yang artinya
membimbing. Dari arti tersebutdapat
dipahami bahwa pendidikan mengandung pengertian "bimbingan yang diberikan
kepada anak". Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut pembimbing atau "pedagog". Dalam perkembangannya, istilah pendidikan
(pedagogy) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang
dewasa secara sadar dan
bertanggung jawab, baik mengenai aspek jasmaniahnya maupun aspek rohaniahnya menuju ketingkat kedewasaan
anak.
Ditinjau dari sudut hukum, definisi
pendidikan berdasarkan UndangUndang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sikdiknas, Pasal 1 ayat (1), yaitu "Pendidikan adalah usaha sadardan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dir
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".
3. Arti Manajemen
Pendidikan
Pendidikan
nasional haruslah dikelolah secara tepat agar tujuan dapat tercapai secara efisien dan efektif. Karena
itu, untuk pengelolaan pendidikan diperlukan
administrator yang dapat berkinerja secara maksimal guna meningkatkan kualitas IUlUsan yangdiharapkan oleh
masyarakat.
Manajemen pendidikan oleh Knezevich (1984) diartikan
sebagai sekumpulan fungsi untuk menjamin efisiensi dan efektivitas pelayanan pendidikan, melalui
perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepimimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, koordinasi
personil, penciptaan ikI im organisasi
yang kondusif, serta penentuan pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik
dan masyarakatdi masa depan. Tidak
berbeda dengan pendapat di atas, Mulyasa (2004) mengartikan manajemen pendidikan merupakan suatu sistem
pengelolaan dan penataan sumberdaya pendidikan; tenaga kependidikan, peserta
didik, masyarakat, kurikulum, dana, sarana dan prasarana pendidikan, tata
laksana dan I ingkungan
pendidikan untuk mencapai tujuan Yang ditetapkan.
Demikian
pula Engkoswara (2001) berpendapat
bahwa manajemen pendidikan dalam arti luas adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana menata sumberdaya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana
menciptakan suasana yang kondusif bagi manusia yang terlibat di dalam
mencapai tujuan yang telah disepakati.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa penataan mengandung makna mengatur, memimpin, mengelola suberdaya. Sedangkan sumberdaya terdiri dari sumberdaya manusia
(peserta didik, pendidik, dan pemakai
jasa kependidikan), sumber belajar dan kurikulum (segala sesuatu
yang disediakan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan), serta
fasilitas (peralatan, barang, dan keuangan yang menunjang kemungkinan
terjadinya pendidikan). Tujuan pendidikan dapattercapai dilihat dari indikator efektivitas dan
efisiensi.
4. Arti Pendidikan Jasmani
dan Olahraga
Apakah
sebenarnya pendidikan jasmani dan olahraga? Secara umum pendidikan jasmani dan
olahraga dapat didefinisikan sebagai berikut. Pendidikan jasmani dan olahraga (Penjasor)
adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga yang
terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari pengertian im, mengukuhkan bahwa
Pendidikan jasmani dan olaraga merupakan bagian tak terpisahkan dari
pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan
berkembang secara wajar sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Menurut
Husdarta (2009), bahwa pencapaian tujuan
tersebut berpangkal pada perencanaan pengalaman gerak yang sesuai dengan karakteristik anak.
Di berbagai negara, pendidikan jasmani dibentuk kembali setelah
tahun 1900, khususnya tahun 1920‑an. Perkembangan ini didukung kuat oleh dokter
olahraga yang dikenal di tingkat internasional yaitu Sargent (1906) di Amerika
Serikat, dan Schmidt (1912) di Jerman. Kedua tokoh itu menganjurkan tipe
latihan senam dan metode pengajaran yang tekanannya pada pembentukan (forming) fisik. Metoda alamiah
menjadi populer di Denmark dan Swedia yang dipromosi oleh Torngren (1914),
Knudsen (1915) dan Bukh (1923). Usaha mereka mendorong terjadinya reorganisasi
pendidikan jasmani di negara‑negara Eropa. Di Perancis, metode alamiah (la
methode naturelle) dikembangkan oleh Demeny dan Herbert, dan di Amerika Serikat, di
kenal Thomas D. Wood dengan pembaharuan dalam senam, dan di Jerman, Erich Harte
menjadi pendukung kuat aliran Austria “Gaulhofer dan Streicher” (1922) yang
keduanya dipengarubi oleh senam Denmark dan Swedia. Tulisan dan hasil kuliah
Gaulhofer dan Streicher membantu pelaksanaan reformasi pendidikan jasmani di
Jerman, Belanda, Inggris, dan negara Eropa lainnya pada tahun 1920‑an dan 1930‑an
(Grossing. 1991; Kramer membantu Lommen, 1987; McIntosh, 1968; dalam Naul.
1994).
Pada masa itu didirikan lembaga pendidikan tenaga guru bertaraf
universitas dan diperkenalkan ke dalam dunia akademik yang tumbuh di beberapa
negara di Eropa. Namun sekarang, di beberapa negara Eropa itu, masih terdapat
perbedaan status akademik pendidikan jasmani dan pendidikan tenaga guru.
Pada tahun 1960‑an terjadi perubahan di beberapa negara. Kebugaran
jasmani dianggap sebagai bagian penting dari tujuan pendidikan jasmani baik di
Barat maupun di Timur, semacam kebangkitan kembali aliran Swedia yang
menekankan kebugaran jasmani sebagai tujuan utama, manusia sebagai “mesin” yang
harus dibina agar berfungsi dengan baik, sementara landasan ilmiahnya adalah
biologi (lihat, Crum, 1994). Aspek performa menjadi bagian yang lebih penting
karena berbagai alasan. Pada tahun 1970‑an, kebijakan pendidikan jasmani banyak
diperbaharui oleh kebijakan negara bagian seperti di Negara negara Eropa.
Tahun 1970‑an merupakan puncak perkembangan pendidik ail jasmani
dengan peningkatan yang amat dramatis, ditandai dengan perbaikan dalam
fasilitas, peningkatan kualifikasi tenaga guru, dan pengalokasian jam pelajaran
3 jam per minggu, di samping pendidikan jasmani harian di SD, sementara di
pendidikan tinggi diperkenalkan dari diorganisasi program pemeliharaan
kesehatan.
Namun sejak tahun 1980‑an terjadi kemunduran
pendidikan jasmani pada tingkat global karena pengaruh ekonomi, politik, dan
perubahan pada pendidikan itu sendiri. Krisis pendidikan jasmani, seperti yang
dimunculkan dalam kongres dunia di Berlin tahun 1999 1 terjadi tidak hanya pada
tingkat nasional suatu negara seperti di AS, Australia, Inggris dan Jerman,
namun menjadi persoalan akut di bekas negara blok sosialis (Foldesi, 1993;
dalam Naul, 1994). Bahkan dalam paparan Ken Hardman pada konferensi
internasional di Bangkok diungkapkan yakni tidak banyak perubahan atau kemajuan
yang dicapai sebagai implementasi dari Deklarasi Berlin. Konferensi
internasional bertema Sport and Education di Bangkok (2005) kembali
mengetengahkan isu keterlaksanaan pendidikan jasmani, seperti dipaparkan oleh
Ken Hardman, sampai pada kesimpulan yakni tidak banyak perubahan yang dicapai
pada tataran praksis. Lahirnya Bangkok Agenda, sebagai “gong” dari konferensi
bertujuan untuk mengakselerasi perubahan untuk mendorong peningkatan mutu
pendidikan jasmani, yang juga untuk tujuan yaitu peningkatan mutu pendidikan.
Rangkaian pembahasan tentang pemberdayaan pendidikan jasmani ini
berlanjut dalam kongres internasional ke‑46 ICHPERSD (International Council on
Health, Physical Education, Recreation, Sport ‑.md Dance) di Istambul (2006)
yang menghasilkan pemikiran tentang visi dan misi baru peindidikan iasmani,
termasuk komponen‑komponen pendidikan jasmani yang dipandang bermutu.
Secara umum pendidikan jasmani dan olahraga dapat
didefinisikan sebagai berikut; pendidikan jasmani dan olahraga adalah proses
pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan
pendidikan (Agus Mahendra, 2004). Definisi tersebut, sekali lagi mengukuhkan bahwa
pendidikan jasmani dan olahraga merupakan
bagian yang tak dapatdipisahkan dari tujuan pendidikan
umum.
Pendidikan
jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu,
baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan
anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya
sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada
kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas.
Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas
berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya:
hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya
pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan
aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal
lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan
total manusia.
Dengan demikian
pendidikan jasmani dan olahraga dapat diartikan suatu kegiatan mendidik anak dengan
proses pendidikan melalui pembelajaran aktivitas jasmani dan olahraga baik itu
dilakukan secara individu maupun
kelompok. Perbedaan pendidikan jasmani dan olahraga dengan masa pelajaran
lainnya adalah alas yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang
bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam
situasi yangtepat, agar dapat merangsang pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik.
5. Arti Manajemen Pendidikan
Jasmani dan olahraga
Manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber
daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Atau dengan kata
lain manajemen pendidikan dapat diartikan
sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan Yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Manajemen pendidikan dapat pulaj diartikan sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, pengaraha6, dan pengendalian sumber daya pendidikan
untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif, efisien, mandiri, dan akuntabel (Husaini Usman, 2008).
Berdasarkan
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan jasmani dan
olahraga pada dasarnya merupakan seni
atau proses dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian/pengawasan
sumber daya pendidikan melalui aktivitas jasmani dan
olahragayangterpilih untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
C. Makna Pendidikan Jasmani dan olahraga
1. Kedudukan Pendidikan Jasmani dan
Olahraga
Kondisi
bangsa kita sekarang sedang dihadapkan pada kondisi krisis ekonomi, ditandai dengan mahalnya kebutuhan
bahan pokok, tetapi tidak dibarengi dengan pendapatan yang seimbang, hingga
kini masih membekaskan Iuka yang dalam bagi sebagian besar
masyarakat kita. Hal tersebut
lebih terasa dan pedih bagi bangsa kita, ditengah kondisi dunia Yang sedang dihadapkan pada krisis
perebutan kekuasaan politik dunia, dengan
nuansa kental perebutan kekuasaan ekonomi dan teknologi di sebagian
besardunia maju dan imbasnya kena bangsa kita.
Menurut Husdarta (2009) kemampuan ekonomi bangsa
Indoensia telah terlempar pada keadaan tak terkendali, menghasilkan persoalanpersoalan seperti
pemangkasan anggaran, harga barang yang membubung, kesulitan dan konflik penduduk kota,
rangkaian pengangguran, hingga deficit pemernitah yang semakin menggunung. jika negara maju
lainnya sudah mengambil langkah-langkah pasti terhadap persoalan global yang
menantang tersebut, Indonesia tetap berada
dalam kondisi lesu.
Kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi yang sudah mencapai tahap sangat maju telah Pula
menghadapkan bangsa kita, terutama Para
anak-anak dan remaja, pada gaga hidup
yang semakin menjauh dari semangat perkembangan total, karena lebih
mengutamakan keunggulan kecerdasan
intelektual, sambil mengorbankan kepentingan keunggulan fisik (physical conditioning) dan moral
individu. Budaya hidUp mudah/gampang, sedenter (kurang gerak) karennya semakin kuat mengejala di kalangan anakanak dan
remaja, berkomunikasi dengan semakin hilangnya ruang-ruang publik
dan tugas kehidupan yang memerlukan upaya fisik yang keras, segalanya
menjadi mudah, sehingga lambat lawn kemampuan fisik manusia sudah
tidak diperlukan lagi. Dikhawatirkan secara evolutif manusia akan berubah
bentuk fisiknya, mengarah pada bentuk yang tidak bisa kita bayangkan
karena banyak anggota tubuh kita dari mulai kaki dan lengan sudah dipandang tidak berfungsi (Husdarta,
2009).
Dalam kondisi demikian patutlah kita pertanyakan kembali peranan dan fungsi
pendidikan, khususnya pendidikan jasmani dan olahraga, apakah peranan yang bisa
dimainkan oleh program Penjasor dalam kondisi dunia dan bangsa yang semakin dihadapkan
pada kuatnya potensi konflik tersebut? Apakah peranan pendidikan jasmani dan olahraga dalam
mempersiapkan Para pewaris bangsa ini untuk mampu bersaing secara sehat dalam
persaingan global sekarang ini dan yang akan
datang? Apa Pula peranan pendidikan jasmani dan olahraga dalam mengantisipasi
kemungkinan terjadinya evolusi kehidupan manusia yang cenderung
tidak lagi memerlukan perangkat fisik yang utuh untuk menjalankan
tugasnya sehari-hari? Pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut,
serta penawaran satu alternatif dalam memandang peranan dan
fungsi pendidikan jasmani dan olahraga yang seharusnya dilaksanakan
di sekolah-sekolah dasardan menengah di Indoensia lebih diseriusi dan ditingkatkan.
Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah
proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Penjasor
memperlakukan anak sebagai sebuall kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya
menganggapnya sebagai seorang
yang terpisah kualitas fisik dan mental nya.
Fokus perhatian pendidikan jasmani dan olahraga adalah peningkatan gerak
manusia, lebih khusus lagi pendidikan jasmani dan olahraga berkaitan
dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya, misalnya hubungan
dan perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Pengaruh perkembangan fisik
terhadap wilayah
pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yangmenjadikannya unik.
Menurut Husdarta (2009) bahwa pendidikan jasmani
memanfaatkan alai fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Berkaitan dengan hal tersebut,
diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut
terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan
bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada
perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun tidak
langsung. Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani dan
olahraga tidak.hanya terbatas
pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata. Pengertian pendidikan
jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari
aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani dan olahraga pada bidangyang lebih luas dan
lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan
kualitas pikiran dan juga tubuh.
Pendidikan jasmani dan olahraga karena harus menyebabkan Perbaikan dalam
pikiran dan tubuh yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seharian seseorang.
Pendekatan holistiktubuh-jiwa ini termasuk Pula penekanan pada ketiga domain kependidikan, yakni; psikor-notor, kognitif, dan
afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, pendidikan jasmani dilstilahkan
sebagai proses menciptakan "tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau
jiwa". Artinya dalam tubuh yang baik diharapkan Pula terdapatjiwa yang what, sejalan dengan
pepatah Romawi Kuno, "men sang in corporesano".
Salah satu pertanyaan sul it di sepanjang jaman adalah
pemisahan antara jiwa dan raga. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga
terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualism, yang mengarah pada penghormatan lebih
pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior. pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak
pandangan ini dari pandangan Athena
Kuno dengan konsepnya "jiwa yang baik di dalam raga yang baik". Motto
tersebut seri ng d i pern mbangkan, sebagai pertanyaan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional yaitu;
aktivitasfisik mengembangkan seluruh aspek
dari tubuh yaitu jiwa, raga dan spirit. Tepatlah ungkapan dari Zigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani
adalah aktivitas fisik yang mengembangkan,
bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri.
Dalam masyarakat
konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme
tersebut masikkuat berlaku, bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru pendidikan jasmani dan olahraga
sendiri. Barangkali pandangan demikian
masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap
falsafah pendidikan jasmani dan olahraga itu sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Sudah pasti
masih banyak guru pendidikan jasmani yang sangat jauh dari menyadari terhadap
peranan dan fungsi pendidikan
jasmani dan olahraga di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di sekolahnya masih
lebih banyak ditekankan pada program
yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata.
justru lebih ironis di kita bahwa program pendidikan jasmani dan
olahraga tidak ditekankan ke mana-mana. Hal ini pandangan yang lebih
parch, yang memandang bahwa program pendidikan jasmani dan olahraga dipandang tidak penting sama
sekali. Nilai-nilai yang terkandung dalam
pendidikan jasmani dan olahraga untuk mengembangkan manusia menyeluruh, sungguh masih jauh dari
kesadaran dan pengakuan masyarakat kita.
Ini bersumberdari kenyataan pelaksanaan praktek pendidikan jasmani dan olahraga di lapangan. Teramat banyak
kasus dimana orang menolak manfaatatau nilai positif dari pendidikan jasmani
dan olahraga dengan menunjuk
pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani dan olahraga di lapangan seperti
yangdapat mereka lihat. Perbedaan atau
kesenjangan antara apa yang kita percaya dan apa yang kita praktekkan atau kesenjangan antara teori dan praktek,
adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan
jasmani dan olahraga.
2. Gerak sebagai Unsur Pokok Pendidikan jasmani
Gerak merupakan perhatian pokok dari guru pendidikan jasmani dan olahraga.
Tugasnya adalah membantu peserta didik bergerak secara efesien, meningkatkan kualitas
unjuk-kerjanya (performance), kemampuan
belajarnya dan kesehatannya. Karena gerak
adalah unsure pokok pendidikan jasmani
dan olahraga penting bagi guru pendidikan jasmani memahami beberapa
dimensi.
Gerak benda secara luasdidefinisikan sebagai satu
perubahan posisi dari
benda dalam ruang. Gerak manusia adalah perubahan posisi dalam ruangatau
terhadap bagian tubuh lainnya. Semua gerak itu tunduk pada asas mekanika
tertentu. Satu pemahaman dari tenaga yang bekerja pada tubuh selagi bergerak adalah penting bila
seseorang melakukan gerak yang bermakna.
Dalam
pola gerak yang tersusun, dapat dikenal tiga komponen gerak, yaitu; gerak berkenaan dengan sikap tubuh, dengan
transport (perpindahan tubuh ke tempat lain) dan dengan tangan. Anak
berkembang dan belajar melalui
tiga jalur tersebut. Komponen satu dan dua adalah pola gerak yang digunakan untLik melawan daya tarik bumf
yang melibatkan otot-otot dan saraf.
Otot-otot tersebut pada umumnya dipandang sebagai otot-otot fundamental dan gerakannya dinamakan aktivitas
otot-otot besar (Abdullah; Manadji,
1994).
Penyesuaian
yang bersifat sikap tubuh (postural)
merupaan dasar dari sernua gerak. Semua pola gerak transport dan
tangan harus dimulai dari sikap tubuh. Dalam proses pertumbuhan a6ak'harus
mulai belajar mengangkat kepalanya dan kemudian mengerjakan
otot-ototnya untuk duduk. Setelah ia menguasai penyesuaian yang
diperlukan untuk sikap tubuh,
ia juga belajar pola gerak maju. Gerak postural-transport dimulai dengan melantai, yangdilakukan dengan tubuh
bersentuhan dengan lantai. Tahap perkembangan berikutnya adalah merangkak,
dengan tubuh tidak ada kontak dengan lantai, tangan dan lutut menopang
berat badannya. Gerak maju yang
dilakukan berpola-silang dengan tangan dan lutut yang berlawanan digerakkan silih berganti. Tahap berikut dari
aktivitas postural-transport anak
mencoba berdiri di atas dua kaki dan dilanjutkan dengan berjalan. Bila ia tidak menguasai aktivitas vitas pola-silang
dari merangkak, mungkin la mendapat kesulitan dalam belajar
berjalan.
Salah satu pola gerak khusus pertama yang harus dipelajari
anak adalah koordinasi
tangan-mata, tangan dan mata bekerja dalam satu gabungan. Hubungan antara mata dan tangan dalam satu pola
gerak cukup rumitdan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyempurnakannya. Kemampuannya
menginttegrasikan pola gerak seperti itu memberikan sumbangan yang besar untuk
mempelajari gerak lain, seperti memukul bola kasti dan bola tenis dengan
menggunakan alai khusus untuk memukulnya, yaitu
reket.
Gerak khusus lain adalah menyepak bola memerlukan
koordinasi antara kaki dan mata. Bila bola yang disepak terletak di atas lantai
pola
gerak yangdilakukan tidak serumit bila bola yangdIsepak berada di udara. Bola itu dapat
dilambungkan sendiri atau dilambungkan oleh orang lain kea rah anak.
Kemampuan menguasai gerak koordinasi antara kaki dan mata sampai
sempurna memerlukan waktu yang lama, apalagi bila dituntut bola disepak ke sasaran tertentu.
Menurut Getman yang dikUtip Abdullah; Manadji, 2009)
selagi anda belajar menggabungkan dan mengintegrasikan gerak mata dengan gerak tangan, ia
membentLik dasar pengintegrasikan dari semua kombinasi lainnya yang mungkn
dalam semua system perceptual tubuh. Hasil penelitian menyatakan bahwa
pola gerak anak dalam bentuk koordinasi tangan-mata sangat teritegrasi dengan kemampuannya
membedakan bunyi dan kemampuannya
membentuk kata-kata.
Faktor unjuk
kerja jasmani merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam olahraga. Pertama,
faktor unsur unjuk kerja yang mendasar semua gerak, seperti kelincahan,
kecepatan, kekuatan, daya tahan, keseimbangan, kelentukan dan lain-lain. Kedua
faktoraktivitas universal, yaitu keterampilan fundamental seperti lari, lompat,
lempar, panjat dan gantung. Dikatakan keterampilan universal karena keterampilan itu sama bagi
semua unjukkerja dari semua orang dan daerah geografis atau kebangsaan apapun.
Faktor
ketiga
adalah gerakan khusus yang bertingkat tinggi yang dikuasai dengan latihan dan pengalaman khusus dan
berbeda dari orang ke orang. la mencakup aktivitas olahraga, tari dan senam.
Individu memperoleh melalui latihan yang banyak, spesialisasi dan ia khas
untuk tiap aktivitas khusus. Singer (1986) berpendapat bahwa keberhasilan
dalam unjuk-kerja gerak dapat tergantung pada faktor-faktor pribadi
berikut; (1) karakteristik jasmani, (2)
kemampuan gerak, (3)rasa aman, (4)kemampuan perceptual, (5) kecerdasan dan emosi.
3. Gerak sebagai Kebutuhan Anak
Ungkapan Rachel Carson dalam Agus Mahendra (2004), bahwa dunia anak-anak adalah dunia yang segar,
bare, dan senantiasa indah, dipenuhi keajaiban dan keriaan. Adalah kemalangan
bagi kebanyakan kita bahwa dunia yang
cermelang itu terenggut muram dan bahkan hilang sebelum kita dewasa. lika saja aku boleh memohon, akan
kuminta Tuhan mengabadikan keajaiban dunia anak-anak itu di
sepanjanghidupku. Dunia anak-anak
memang menakjubkan, mengandung aneka ragam pengalaman yang mencenangkan,
dilengkapi berbagai kesempatan untuk memperoleh pembinaan. Bila guru masuk ke dalam dunia itu, ia dapat membantu anakanak
untuk mengembangkan pengetahuannya, mengasah kepekaan rasa hatinya serta memperkaya keterampilannya.
Ungkapan Carson tersebut sangat menyentuh dan mewakil i ungkapan tentang dunia
anak-anak. Bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka belajar.
Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segala macam dipelajarinya,
dari menggerakkan anggota tubuhnya hingga mengenali berbagai benda di lingkungan
sekitarnya. Bayangkan keceriaan yang didapatnya ketika ia menyadari bare saja menambah
pengetahuan dan keterampilan. Belajar dan keceriaan merupakan dua
hal penting dalam masa kanak-kanak.
Hal ini termasuk upaya mempelajari tubuhnya sendiri dan berbagai kemungkinan geraknya. Gerakadalah
rangsangan utama bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Makin banyak ia bergerak, makin banyak pula hal yang ditemui dan dijelajahi, dan
makin baik pula kualitas pertumbuhannya.
Perhatikan tiga kata kunci di atas; gerak, gembira,
dan belajar. Anakanak suka bergerak dan suka belajar. Perhatikan bagaimana
anak-anak bermain di lapangan. Disana akan tampak, mereka 6e rgerak dengan keterlibatan
yangtotal dan dipenuhi kegembiraan. Bagi anak, gerak sematamata untuk kesenangan, bukan didorongoleh
maksud dan tujuan tertentu. Gerak adalah kebutuhan mutlak anak-anak. Sayangnya
ketika usia semakin meningkat,
aktivitas anak-anak semakin berkurang. Ketika memasuki usia sekolah,
ia belajar dengan cara yang berbeda. Mereka lebih banyak diminta duduk tenang untuk mendengarkan penjelasan
guru tentang berbagai hal. Lingkungan belajar pun semakin sempit, dibatasi
oleh empat sisi dinding kelas yang membelenggu. Karena dipaksa untuk diam
dan mendengarkan orang lain berbicara, belajartidak lagi menarik
bagi anak. Keceriaan mereka terampas dan hilangnya sebagian "keajaiban"
dunia anak-anak mereka. Tidak
heran bila anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan yang tidak menyenangkan.
Dalam memahami arti pendidikan jasmai dan olahraga, kita
harus
juga mempertimbangkan
hubungan antara bermain dan berolahraga. Bermain pada intinya adalah aktivitas yang
digunakan sebagai hiburan. Bermain dapat diartikan sebagai hiburan yang
bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu
bersifat fis k. Bermain bukanlah berarti olahraga serta pendidikan
jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah
suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif.
Beberapa ahli memandang
bahwa olah raga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisir, yang menempatkannya
lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani
dan olahraga. Akan tetapi pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga
melibatkan aktivitas kompetitif.
D. Tujuan Pendidikan jasmani dan Olahraga
Tahukah anda apa tujuan pendidikan jasmani dan olahraga?
Mungkin anda berpendapat, tujuannya adalah hanya meningkatkan keterampilan siswa untuk berolahraga. Mungkin pula
kawan anda yang lain mengatakan tujuannya adalah agar anak mencapai taraf
kesehatan yang mernuaskan. Atau
ada pula yang berpendapat, kegiatan itu untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Semuanya benar, namun pendapat itu kurang lengkap, sebab masih ada lagi tujuan lainnya yang tidak kalah
pentingnya.
Pendidikan jasmani itu adalah wahana untuk mendidik anak.
Para
ahli sepakat bahwa pendidikan jasmani merupakan alat untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu
membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola
hidup sehat. Tujuan ini akan
dicapai melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani itu dapat
berupa permainan atau olahraga yang terpilih. Kegiatan itu pada dasarnya dimanfaatkan
untuk mengembangkan kepribadian anak secara menyeluruh. Karena itu ada para ahli sepakat bahwa pendidikan jasmani dan olahraga
merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani.
Mengapa pendidikan jasmani dan olahraga diajarkan di
sekolah? Kesalah pahaman memang telah terjadi. Orang awam berpendapat pendidikan jasmani lebih menekankan
pembinaan keterampilan fisik, yang sebenarnya tentu tidak demikian. ldealnya adalah
tujuan program pendidikan jasmani dan olahraga itu bersifat
menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya
agar seseorang percaya diri,
berdisiplin, sehat, bugar dan hidup bahagia.
Tujuan pendidikan jasmani dan olahraga sudah tercakup
dalam
pemaparan
di atas, yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari
berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik,
mental, sosial, emosional dan moral. Singkatnya pendidikan jasmani dan olahraga
bertuivan untuk mengembangkan
potensi setiap anak setinggi-tingginya.
Misi pendidikan jasmani dan olahraga tercakup dalam tujuan pembelajarannya yang meliputi domain
kognitif, psikomotor dan afektif. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial
bukan sekedar dampak pengiring
yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan
dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran pengembangan domain
psikomotor.
Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut guru perlu membiasakan diri untuk mengajar anak
tentang apa yang akan dipelaiari berdasarkan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang
mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang
bersifat mendidik itu dimanfaatkan secara sengaia untuk menumbuhkan
berbagai kesadaran emosional
dan sosial anak. Dengan demikian anak akan berkembang secara menyeluruh yang akan mendukung tercapainya
aneka kemampuan.
Jadi pendidikan jasmani dan olahraga memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk:
-
Mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk berkaitan dengan aktivitas
jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan
sosial.
-
Mengembangkan
percaya diri dan kemampuan menguasai keterampilan gerak dasar yang akan
mendorong partisipasi siswa dalam aneka
aktivitasjasmani.
-
Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani
yang optimal untuk
melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
-
Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi
dalam aktivitas jasmani baik
secara berkelompok maupun perorangan.
-
Berpartisipasi
dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang
memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
-
Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas
jasmani, termasuk permainan
dan olahraga.
Berdasarkan beberapa alasan tersebut, mudah dipahami
bahwa
pendidikan jasmani dan
olahraga mengandung potensi yang besar untuk memberikan sumbangan kepada pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh. Bila tujuan yang bersifat
menyeluruh itu dapattercapai, hal
itu memungkinkan anak untuk:
-
Memperoleh
dan menerapkan pengetahuan tentang aktivitas jasmani, pertumbuhan dan perkembangan
serta perkembangan estetika dan sosial.
-
Mengembangkan kemampuan intelektual, keterampilan gerak
dan keterampilan
manipulatif yang diperlukan untuk menguasai dan berpartisipasi secara aman dalam aktivitas jasmani.
-
Mengembangkan
kapasitas untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menuju poly
hidup sehat.
-
Mengembangkan sikap positif terhadap aktivitas jasmani
yang menyumbang kepada kesejahteraan
individu dan kelompok.
-
Mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan
seseorang dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain baik di dalam kelompok sebagai peserta mampu
berkomunikasi antar kelompok.
-
Mengembangkan rasa keindahan berkenaan dengan peragaan keterampilan.
E. Kesimpulan
Manajemen pendidikan jasmani dan olahraga pada dasarnya merupakan seni
atau proses dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian/pengawasan sumber daya pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilili
untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien.
Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah
proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Penjasor
memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya
menganggapnya sebagai seorang
yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Tujuan pendidikan jasmani dan olahraga sudah tercakup
dalam
pernaparan di atas,
yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang
membina sekaligus mengembangkan potensi
anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Singkatnya
pendidikan jasmani dan olahraga bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap
anak setinggi-tingginya, secara sederhana tujuan pendidikan jasmani dan
olahraga meliputi tiga ranch atau domain yakni kogntif, psikomotor, dan afektif sebagai satu kesatuan.
Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru pendidikan
jasmani dan olahraga dalam melaksanaan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui
kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan berpedoman
pada ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari
oleh guru pendidikan jasmani dan olahraga adalah bahwa ia harus
menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan.
Daftar Pustaka
Abdullah Arma;
Agus Manadji. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi,
Depdikbud, 1994.
Ahmadi Abu. Psikologi
Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999. Anonymous. UU RI No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan
Dosen. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2007.
Ateng, H.A. Azas dan
Landasan Pendidian Jasmani. Jakarta: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti, 1993.
Barrow, H.M. Man and Movement, Principles of Physical Education (2n'ed). Philadelphia; New York: David Mckay Co.,Inc, 1977.
Bernadin, John H, Joice A, Russel. Applied Psychology in Human Resources Management. United of
America: Prentince Hall, 1988.
Depdiknas. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Dekdiknas, 1997. Engkoswara. Paradigms
Manajemen Pendidikan, Menyonsong Otonomi Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.
Enoch, J. Dasar-Dasar Perencanaan
Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara, 2000. Fattah, N. Landasan
Manajemen Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000.
Flippo, Edwin B. Personnel Managament, Sixth Edition.
New York: Mc. Grave-Hill Book Company,
1984.
Gie, The Liang. Unsur-Unsur
Administrasi. Yogyakarta:
Penerbit Supersukses,
1993.
Gilbert, D.R & R.E Freeman, Stoner J. Management. New Jersey:
Person Printice Hall, 1995.
Griffin Ricky W. Management. Boston: Houghton, Fiffin, 19987.
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara,
2001.
………………… Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Hoy, W K & Miskel, C.G. Education Administration. (3111 Ed). New York:
Random House, 1987.
Random House, 1987.
Husdarta, H.J.S. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung:
Alfabeta, 2009.
Mahendra Agus. Azas dan
Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar & Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan,
2004.
Prof.
DR. Achmad paturusi, M.Kes . 2012. Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta:
Rineka Cipta
pelajaran untuk kelas berapa ini?
BalasHapusmantap makalah pak.. (y)
BalasHapusJT - Casino - JT Online - Online - JT Casino
BalasHapusCasino - JT Online. Online - 용인 출장샵 JT 광주 출장마사지 Casino - JT Casino. 구미 출장마사지 JT. Online - JT. Casino. JT. Online - JT Casino. JT. Online - JT. Casino. JT. Online - 안성 출장샵 JT. Casino. JT. 광주 출장마사지